Seglumit tentang sang penulis :
Kenalkan Namanya Hanifatul Mila...
biasa dipanggil Hany atau Mila..
Dia hanya wanita biasa yg tinggal
disebuah Desa kecil di Demak... dri SD klz 6 Dia sudah suka sekali membuat
karangan2 seperti cerpen, pantun atau puisi..
dan menginjak SMP Mila mulai sadar kalau
Dia begitu menyukai ekting... Dia sangat suka drama... Mila sering sekali mebaca
buku yg tebal... menurutnya mendalami karakter yg ada didalamnya sangat
asyik... Dia terkadang hanyut dalam cerita tersebut.. Mila mulai mengembangkan
hobinya menulis cerpen... awalnya Mila buat untuk mading sekolah... awal yg
bagus menurutnya.. tapi sayngnya saat itu Dia sama sekali tidak mempunyai nyali
untuk ikut lomba dan mengirimnya kemajalah... tapi Dia mulai sadar saat naik
keklz 3 SMP..."kapan qu bisa maju klo qu terus terpuruk akan ketakutanku..
kapan aku akan menjadi org jika ketakutan saja menyelimutiku.. qu hrs
bangkit" renungnya dalam hati..
Mulai dri situ Mila sadar... dan
mulailah Dia mengirim crita-ceritanya kemajalah2.. berkali2 Dia kirim tapi tak
pernah dimuat.. hanya satu yg dimuat... pernah terbersit dihatinya
"udahlah udh kalah ini capek kyk gini trs".. Mila mulai fokus pada
ujian setelah Dia lulus dan msk di Seklh menengah kejuruan Mila masuk dibidang
multimedia... Mila merasa terpuruk akan hobinya, dan Dia memutuskan untuk
menceritakan semua pda gru b.indo nya .. ternyata guru nya itu menyambut dengan
positif, dan Gurunya mlh mencarikan Mila lomba2 yg hrs Dia ikuti.. sayanknya saat
ini blm berbuah manis... Mila sangat berharap Dia menjdi seorg penulis bkn
menerbitkan karyanya dengan uangnya sendri tpi dri sebuah perjuangan.. manjadda
wajada... aku yakin janji Allah... janji yg hak
Bagi teman2 Pembaca yang mempunyai
saudara atau kenalan penerbit tidaka ada salahnya memberi kesempatan untuk Memperkenalkan
Mila kepada Penerbit dan menerbitkan semua Karya2 mila, hub mila melalui Facebooknya klik di sini Hany Mila
BAHAGIAMU BAHAGIAKU
Kenalkan
namaku Dinda, aku mempunyai saudara kembar yang bernama Dandi. Walau
pun kita berdua kembar tetapi sifat kita sangat amat berbeda. Aku adalah
seorang wanita yang dikenal sangat santun, sedangkan adikku Dandi
dikenal sebagai seorang wanita yang ugal-ugalan yang suka berfoya-foya.
Walau seperti apapun sifat Dandi dia tetaplah adikku, saudara kembarku.
Aku juga mempunya pacar yang bernama Semy, dia adalah laki-laki yang
sopan, sederhana, dan berwibawa. Tetapi… dibalik kebahagiaanku aku
menyimpan sebuah derita, aku mempunyai penyakit Rabdomiosarkoma
yang bisa membunuhku kapan saja. Pagi itu di tepi pantai, semua terasa
romantis saat aku duduk di sebuah kapal di pinggir pantai dan Semy
memandangku.
“kamu kenapa sih mas…?” ucapku menepuk pipi Semy lembut
“nggak papa, cuma pengen mandang kamu aja” jawab Semy tersenyum bahagia
“ah…mas ini bikin aku malu” jawabku tersenyum lalu merunduk
“mas…!! Aku mau tanya” ucapku dengan aku yang masih merunduk dan senyuman yang telah pergi
“mau tanya apa sih…?” tanya Semy masih dengan senyumnya
“seandainya nanti aku mati karena penyakitku ini, apa mas akan dengan mudah melupakanku..?” tanyaku sambil menatap Semy yang sontak membuat Semy terkejut
“kamu tu ngomong apa sih....?” ucap Semy yang masih terkejut
“aku..aku..” jawabku terbata-bata
“pokoknya mas nggak mau denger pertanyaan kayak gini lagi..!!! apa sih kamu ini” ucap Semy marah
“tapi mas emang benerkan mas…? Dokter juga udah bilang umurku nggak akan lama lagi, kemungkinan aku bisa hidup lebih dari satu tahun cuma 10%. Dan itu udah menjawab semuanyakan…?” jawabku dengan menitikan air mata
“mau dokter bilang 10%, 5%, bahkan 1% sekalipun aku nggak perduli. Yang pasti kamu masih punya kesempatankan…?” jawab Semy menegakkan pandanganku
“tapi mas…” jawabku terpotong
“nggak ada tapi-tapian, pokoknya kamu akan tetap hidup sampai kita punya anak nanti. Titik nggak da koma” potong Semy. Tiba-tiba Dandi datang mengejutkan
“kakak loe di cariin bunda tu..!!” ucap dandi kasar
“iya bentar..!!”jawabku lembut
“cepetan deh, tar gue dimarahin lagi sama bunda…!!” ucap dandi membuang pandangan
“mas aku pulang dulu ya” ucapku tersenyum pada Semy, dan Semy hanya menganguk pelan lalu aku pun pergi bersama Dandi.
“Dandi kamu itu mbok ya yang halus dikit kalo ngomong…!!” ucapku sambil mengikuti langkah Dandi yang cepat
“Dan… kamu dengerin kakak nggak sih..?” tambahku lagi
“udah deh kak, loe mending diem aja deh…!! Nggak usah ngurusin gue..!!” marah Dandi menghentikan langkahnya tepat didepan rumah
“apa kakak salah, kalo kakak pengen kamu jadi lebih baik..?” tanyaku menatap Dandi
“alah… nggak usah sok peduli deh loe, urusin aja hidup loe..!!” marah Dandi lalu membuang pandangan. Tak sadar bundaku datang.
“Dinda… kamu ini kemana aja sih…? Bunda tu khawatir sekali” kata bundaku meraba-raba tubuhku, takut aku kenapa-napa. Dandi yang melihatnya memasang tampang tak senang lalu pergi.
“Dandi…!! Kamu mau kemana…?” tanya bundaku pada Dandi
“Dandi mau kekamar bun…!! Dandi capek..!!” jawab Dandi sambil terus melangkah
“Dandi...!!” teriakku lalu mengejar Dandi yang memasuki kamar
“kamu tu bisa sopan dikit nggak sih sama bunda...?” tanyaku marah
“loe tu bisa diem nggak sih..!! berisik....!!!” ucap Dandi melotot padaku. Aku yang sangat kesal akhirnya menampar Dandi.
“loe tu bener-bener ya kak, apa gue salah kalo gue kayak gini...? itu semua karena ayah dan bunda yang selalu perhatiin loe, yang selalu peduli sama loe. Tapi sedangkan gue..? apa yang ayah dan bunda kasih sama gue..? bahkan seandainya loe butuh organ tubuh gue mungkin merekan akan ngerelain gue buat loe..?” ucap Dandi marah besar
“kamu tu ngomong apa sih dan...?!! ayah dan bunda tu nggak pernah pilih kasih, itu cuma firasat kamu aja” jawabku memegang tangan Dandi
“alah... nggak usah munafik deh kak...!! gue tu emang nggak dianggep anak di sini” jawab Dandi menyingkirkan tanganku. Aku yang terlalu emosi tak kuasa menahan amarah aku pun menampar Dandi kembali
“mau loe apa sih kak...? loe tu nggak puas apa ngerebut semua dari gue?” ucap Dandi dengan memegang pipinya kesakitan. Aku yang terkejut akan kata-kata Dandi sangat terkejut, tiba-tiba kepalaku pusing sekali hingga membuatku pingsan, dan membuat Dandi panik.
“gu…gue tau kok kalo loe cuma pura-pura” ucap dinda menyembunyikan rasa paniknya
“kak … udah dong pura-puranya nggak lucu” ucap Dandi makin panik. Akhirnya Dinda pun berlari padaku sambil menangis.
“kak... bangun... Dandi minta maaf kak...!!” ucap Dandi berderai air mata
“kak...!!! Tolang… tolang… tolong” teriak Dandi sambil menaruh kepalaku dipangkuannya. Tak lama bunda datang, dan tentu saja panik plus terkejut.
“Bun… kak dinda bun… ayo cepat kita bawa kerumah sakit…” kata Dandi pada bunda dengan air mata yang tak ada habisnya
“kamu apain kakakmu…?” tanya bunda menatapku
“udah deh bun, nggak usah banyak tanya… ayo cepet bantu Dandi” ucap Dandi marah. Akhirnya aku di bawa kerumah sakit oleh Dandi dan bunda.
***
Di depan kamar ICU terlihat Dandi yang mondar-mandir menunggu kabarku dari dokter, sedangkan bundaku duduk sambil membaca Al-Qur’an. Tiba-tiba Semy datang mengejutkan Dandi yang masih panik.
“gimana keadaan Dinda…?” Tanya Semy sambil terengah-engah
“nggak tau dokter belum keluar” jawab Dandi masih panik. Tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka, Dandi dan semy pun langsung mencari sumber suara tersebut. Ternyata suara itu berasal dari pintu ruang ICU, dan dokterpun keluar. Dandi dan Semy langsung bertanya pada dokter.
“dok… gimana keadaan kakak Dinda…?” tanya Dandi
“iya Dok gimana keadaannya, baik-baik aja kan…?” tambah Semy
“Kamu sekarang bisa bernafas lega, karena Dinda telah melewati masa keritisnya. Tapi kalian jangan meremehkan penyakitnya, karena bisa kapan saja penyakit itu akan membunuhnya” jelas dokter
“boleh saya masuk dok?” tanya Dandi
“boleh, tapi sebentar saja ya…!! Karena Dinda perlu banyak beristiraha” jawab dokter lalu pergi. Dandi, Semy, dan bunda pun masuk keruanganku dengan perasaan yang tak bisa di jelaskan.
“kakak… kakak nggak papa kan…?” tanya dandi sambil tak menitika air mata
“kakak nggak papa kok…” jawabku mengelus rambut Dandi
“maafin Dandi ya kak, gara-gara dandi kakak jadi kayak gini. Tapi dandi janji nggak kan ngulangin ini lagi kok” ucap Dandi meyakinkan
“kakak percaya kok” jawabku meyakinkan Dandi
“maaf waktunya pasien istirahat…!!” kata seorang suster dari belakang Dandi
“kakak istirahat dulu ya…!! Nanti Dandi kesini lagi” ucap dandi padaku
“aku keluar dulu…!!” ucap semy sambil mengelus rambutku, aku pun hanya mengangguk. Semy, Dandi dan bunda pun pergi meningglkanku untuk beristirahat.
***
Keesokan harinya Dandi berniat membelikanku bubur di luar, tak disangka saat keluar dari ruanganku dia berpapasan dengan Semy, dan tenu saja mereka saling menyapa
“Dandi, kamu mau kemana…?” tanya Semy tersenyum manis
“keluar bentar, mau beliin bubur buat kak Dinda” jawab Dandi pun tersenyum
“oohh… ya udah, aku masuk dulu ya” ucap Semy melambaikan tangan dan Dandi pun hanya tersenyum. Ketika Semy dan Dandi melangkah pergi, tanpa tak disengaja Dandi pun terpeleset dan hampir jatuh, tapi Semy langsung menangkap Dandi yang hampir terjatuh. Tak sadar mereka saling bertatapan beberapa detik, dengan tatapan penuh arti. Tak lama Dandi pun sadar lalu berdiri dengan masih mencari pandangan.
“eemm… sorry…” ucap Dandi kebingungan
“nggak papa kok” jawab Semy tersenyum. Tanpa berlama-lama dandi langsung melagkah keluar menelusuri lorong rumah sakit, dan Semy masuk dalam ruanganku. Semy tersenyum melihatku dan aku pun membalas senyuman itu.
“hai...” sapanya padaku, tetapi aku hanya tersenyum
“gimana lebih baikkan…?” tanya Semy sambil mengelus rambutku
“iya… tapi masih belum boleh pulang” jawabku merunduk
“tenang aja bentar lagi kamu pasti bakal pulang kok” jawab Semy memandangku
“mas…! Aku tu udah nggak punya harapan lagi. Apa sih yang masih mas harapin dari aku…?” ucapku membalas tatapan Semy
“udah-udah, aku nggak mau denger apa-apa lagi” ucap Semy membuang pandangan
“tapi…” jawabku terpotong karena Dandi yang tiba-tiba masuk
“emm… aku ganggu ya, sorry… ya udah aku keluar” ucap dandi menatap Semy
“nggak kok, kakak dari tadi udah nungguin kamu” jawabku tersenyum pada Dandi
“eeemmhh…” gumam dandi kebingungan
“cepet dong kaka udah laper nih” ucapku meyakinkan Dandi
“iya…” ucap Dandi tersenyum lalu melangkah menuju tempat tidurku
“aku suapin ya” tawar Semy
“nggak, aku aja” bantah Dandi seperti anak kecil
“aku” bantah Semy tak mau kalah
“aku”balas Dandi yang juga tak mau mengalah
“udah-udah, biar aku makan sendiri” jawabku menengahi
“yakin mau makan sendiri” goda Semy
“apa sih…?” ucapku malu
“biasanyakan kalo makan sendiri belepota” ledek Dandi. Karena malu ditertawakan Dandi dan Semy akhirnya aku pun mengelitiki mereka berdua dan ruangan itu pun mejadi penuh dengan canda tawa.
***
Seminggu lebih Dandi, Semy, dan aku selalu bersama dan aku merasakan ada yang berbeda dengan Dandi dan Semy aku merasa mereka saling mencintai, walau aku tau Semy masih bersamaku, tapi aku yakin mereka mempunya perasaan itu. Saat itu aku, Dandi, dan Semy sedang bercanda, tapi tiba-tba kepalaku sangat pusing.
“aa…au” jeritku dengan tangan kanan yang memegang kepala dan tangan kiri memegang tangan Semy dengan erat
“kamu kenapa…? Dokter…!!” teriak Semy kebingungan
“jangan… aku mau kalian di sini, nemenin aku” ucapku menahan Semy yang ingin pergi mencari dokter
“ok… aku nggak akan pergi tapi aku mau kamu tiduran” ucap Semy menenangkanku
“Sem…” ucapku masih menutup mata dan menarik tangan Semy
“Dandi…” tambahku membuka mata dan menyatukan tangan Semy dan Dandi
“kak…” ucap Dandi menatapku tak mengerti
“aku tau kalau kalian punya rasa itu, aku tau kalau, kalian sangat sayang padaku.” Ucapku berhenti sejenak dan meneteskan air mata
“mas… tolong jaga Dandi, sayangi dia seperti kamu menyayangiku bahkan lebih dari itu” ucapku menatap Semy
“kamu tu ngomong apa sih…? Udah ya aku mohon” pinta Semy menataku iba
“nggak mas… kali ini aja. Dinda mohon” bantahku berderai air mata
“Dandi… kakak bangga sama kamu. Sekarang kamu adalah seorang perempun yang santu, yang mngerti agama, yang selalu memikirkan perasaan orang lain. Kakak mau kamu jaga bunda, sayangi bunda, cintai bunda karena kakak tau sebenarnya kamu sayang sekali dengan bunda” ucapku menatap Dandi yang meneteskan air mata
“kak…” ucap Dandi menagis kebingungan
“satu lagi, ja..jangan lu…lupain a..a.ku” ucapku lalu menutup mata
“kakak………..!!!!!!!!!” teriak Dandi histeris
“kakak bangun…… jangan tinggalin Dandi… dokter……!!!” tambah Dandi tak henti-henti menangis. Tak lama dokter pun datang lalu menyuruh Dandi dan Semy keluar dari ruanganku. Beberapa menit kemudian dokter keluar.
“gimana keadaan kakak saya dok…?” tanya Dandi panik
“maaf kami sudah berusaha semaksimal mungkin” ucap dokter sambil menggelangkan kepala. Dandi yang tak menyangka akan kepergianku pun menangis histeris dan Semy hanya bisa meminjamkan bahunya. Sedang kan bundaku hanya memejamkan mata sejenak lalu meneteskan air mata.
Semenjak kejadian itu Dandi menjadi perempuan yang sangat santun, lemah lembut, dan tegar. Sedangkan Semy dia selalu datang kemakamku, untuk meminta izin atas hubungan mereka. Dari sini aku belajar apa itu cinta, cinta adalah suatu perasaan yang terletak dalam hati yang tak pernah bisa diungkapkan. Dan sekarang aku udah nemuin cintaku yaitu kebahagian Dandi dan Semy.
“kamu kenapa sih mas…?” ucapku menepuk pipi Semy lembut
“nggak papa, cuma pengen mandang kamu aja” jawab Semy tersenyum bahagia
“ah…mas ini bikin aku malu” jawabku tersenyum lalu merunduk
“mas…!! Aku mau tanya” ucapku dengan aku yang masih merunduk dan senyuman yang telah pergi
“mau tanya apa sih…?” tanya Semy masih dengan senyumnya
“seandainya nanti aku mati karena penyakitku ini, apa mas akan dengan mudah melupakanku..?” tanyaku sambil menatap Semy yang sontak membuat Semy terkejut
“kamu tu ngomong apa sih....?” ucap Semy yang masih terkejut
“aku..aku..” jawabku terbata-bata
“pokoknya mas nggak mau denger pertanyaan kayak gini lagi..!!! apa sih kamu ini” ucap Semy marah
“tapi mas emang benerkan mas…? Dokter juga udah bilang umurku nggak akan lama lagi, kemungkinan aku bisa hidup lebih dari satu tahun cuma 10%. Dan itu udah menjawab semuanyakan…?” jawabku dengan menitikan air mata
“mau dokter bilang 10%, 5%, bahkan 1% sekalipun aku nggak perduli. Yang pasti kamu masih punya kesempatankan…?” jawab Semy menegakkan pandanganku
“tapi mas…” jawabku terpotong
“nggak ada tapi-tapian, pokoknya kamu akan tetap hidup sampai kita punya anak nanti. Titik nggak da koma” potong Semy. Tiba-tiba Dandi datang mengejutkan
“kakak loe di cariin bunda tu..!!” ucap dandi kasar
“iya bentar..!!”jawabku lembut
“cepetan deh, tar gue dimarahin lagi sama bunda…!!” ucap dandi membuang pandangan
“mas aku pulang dulu ya” ucapku tersenyum pada Semy, dan Semy hanya menganguk pelan lalu aku pun pergi bersama Dandi.
“Dandi kamu itu mbok ya yang halus dikit kalo ngomong…!!” ucapku sambil mengikuti langkah Dandi yang cepat
“Dan… kamu dengerin kakak nggak sih..?” tambahku lagi
“udah deh kak, loe mending diem aja deh…!! Nggak usah ngurusin gue..!!” marah Dandi menghentikan langkahnya tepat didepan rumah
“apa kakak salah, kalo kakak pengen kamu jadi lebih baik..?” tanyaku menatap Dandi
“alah… nggak usah sok peduli deh loe, urusin aja hidup loe..!!” marah Dandi lalu membuang pandangan. Tak sadar bundaku datang.
“Dinda… kamu ini kemana aja sih…? Bunda tu khawatir sekali” kata bundaku meraba-raba tubuhku, takut aku kenapa-napa. Dandi yang melihatnya memasang tampang tak senang lalu pergi.
“Dandi…!! Kamu mau kemana…?” tanya bundaku pada Dandi
“Dandi mau kekamar bun…!! Dandi capek..!!” jawab Dandi sambil terus melangkah
“Dandi...!!” teriakku lalu mengejar Dandi yang memasuki kamar
“kamu tu bisa sopan dikit nggak sih sama bunda...?” tanyaku marah
“loe tu bisa diem nggak sih..!! berisik....!!!” ucap Dandi melotot padaku. Aku yang sangat kesal akhirnya menampar Dandi.
“loe tu bener-bener ya kak, apa gue salah kalo gue kayak gini...? itu semua karena ayah dan bunda yang selalu perhatiin loe, yang selalu peduli sama loe. Tapi sedangkan gue..? apa yang ayah dan bunda kasih sama gue..? bahkan seandainya loe butuh organ tubuh gue mungkin merekan akan ngerelain gue buat loe..?” ucap Dandi marah besar
“kamu tu ngomong apa sih dan...?!! ayah dan bunda tu nggak pernah pilih kasih, itu cuma firasat kamu aja” jawabku memegang tangan Dandi
“alah... nggak usah munafik deh kak...!! gue tu emang nggak dianggep anak di sini” jawab Dandi menyingkirkan tanganku. Aku yang terlalu emosi tak kuasa menahan amarah aku pun menampar Dandi kembali
“mau loe apa sih kak...? loe tu nggak puas apa ngerebut semua dari gue?” ucap Dandi dengan memegang pipinya kesakitan. Aku yang terkejut akan kata-kata Dandi sangat terkejut, tiba-tiba kepalaku pusing sekali hingga membuatku pingsan, dan membuat Dandi panik.
“gu…gue tau kok kalo loe cuma pura-pura” ucap dinda menyembunyikan rasa paniknya
“kak … udah dong pura-puranya nggak lucu” ucap Dandi makin panik. Akhirnya Dinda pun berlari padaku sambil menangis.
“kak... bangun... Dandi minta maaf kak...!!” ucap Dandi berderai air mata
“kak...!!! Tolang… tolang… tolong” teriak Dandi sambil menaruh kepalaku dipangkuannya. Tak lama bunda datang, dan tentu saja panik plus terkejut.
“Bun… kak dinda bun… ayo cepat kita bawa kerumah sakit…” kata Dandi pada bunda dengan air mata yang tak ada habisnya
“kamu apain kakakmu…?” tanya bunda menatapku
“udah deh bun, nggak usah banyak tanya… ayo cepet bantu Dandi” ucap Dandi marah. Akhirnya aku di bawa kerumah sakit oleh Dandi dan bunda.
***
Di depan kamar ICU terlihat Dandi yang mondar-mandir menunggu kabarku dari dokter, sedangkan bundaku duduk sambil membaca Al-Qur’an. Tiba-tiba Semy datang mengejutkan Dandi yang masih panik.
“gimana keadaan Dinda…?” Tanya Semy sambil terengah-engah
“nggak tau dokter belum keluar” jawab Dandi masih panik. Tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka, Dandi dan semy pun langsung mencari sumber suara tersebut. Ternyata suara itu berasal dari pintu ruang ICU, dan dokterpun keluar. Dandi dan Semy langsung bertanya pada dokter.
“dok… gimana keadaan kakak Dinda…?” tanya Dandi
“iya Dok gimana keadaannya, baik-baik aja kan…?” tambah Semy
“Kamu sekarang bisa bernafas lega, karena Dinda telah melewati masa keritisnya. Tapi kalian jangan meremehkan penyakitnya, karena bisa kapan saja penyakit itu akan membunuhnya” jelas dokter
“boleh saya masuk dok?” tanya Dandi
“boleh, tapi sebentar saja ya…!! Karena Dinda perlu banyak beristiraha” jawab dokter lalu pergi. Dandi, Semy, dan bunda pun masuk keruanganku dengan perasaan yang tak bisa di jelaskan.
“kakak… kakak nggak papa kan…?” tanya dandi sambil tak menitika air mata
“kakak nggak papa kok…” jawabku mengelus rambut Dandi
“maafin Dandi ya kak, gara-gara dandi kakak jadi kayak gini. Tapi dandi janji nggak kan ngulangin ini lagi kok” ucap Dandi meyakinkan
“kakak percaya kok” jawabku meyakinkan Dandi
“maaf waktunya pasien istirahat…!!” kata seorang suster dari belakang Dandi
“kakak istirahat dulu ya…!! Nanti Dandi kesini lagi” ucap dandi padaku
“aku keluar dulu…!!” ucap semy sambil mengelus rambutku, aku pun hanya mengangguk. Semy, Dandi dan bunda pun pergi meningglkanku untuk beristirahat.
***
Keesokan harinya Dandi berniat membelikanku bubur di luar, tak disangka saat keluar dari ruanganku dia berpapasan dengan Semy, dan tenu saja mereka saling menyapa
“Dandi, kamu mau kemana…?” tanya Semy tersenyum manis
“keluar bentar, mau beliin bubur buat kak Dinda” jawab Dandi pun tersenyum
“oohh… ya udah, aku masuk dulu ya” ucap Semy melambaikan tangan dan Dandi pun hanya tersenyum. Ketika Semy dan Dandi melangkah pergi, tanpa tak disengaja Dandi pun terpeleset dan hampir jatuh, tapi Semy langsung menangkap Dandi yang hampir terjatuh. Tak sadar mereka saling bertatapan beberapa detik, dengan tatapan penuh arti. Tak lama Dandi pun sadar lalu berdiri dengan masih mencari pandangan.
“eemm… sorry…” ucap Dandi kebingungan
“nggak papa kok” jawab Semy tersenyum. Tanpa berlama-lama dandi langsung melagkah keluar menelusuri lorong rumah sakit, dan Semy masuk dalam ruanganku. Semy tersenyum melihatku dan aku pun membalas senyuman itu.
“hai...” sapanya padaku, tetapi aku hanya tersenyum
“gimana lebih baikkan…?” tanya Semy sambil mengelus rambutku
“iya… tapi masih belum boleh pulang” jawabku merunduk
“tenang aja bentar lagi kamu pasti bakal pulang kok” jawab Semy memandangku
“mas…! Aku tu udah nggak punya harapan lagi. Apa sih yang masih mas harapin dari aku…?” ucapku membalas tatapan Semy
“udah-udah, aku nggak mau denger apa-apa lagi” ucap Semy membuang pandangan
“tapi…” jawabku terpotong karena Dandi yang tiba-tiba masuk
“emm… aku ganggu ya, sorry… ya udah aku keluar” ucap dandi menatap Semy
“nggak kok, kakak dari tadi udah nungguin kamu” jawabku tersenyum pada Dandi
“eeemmhh…” gumam dandi kebingungan
“cepet dong kaka udah laper nih” ucapku meyakinkan Dandi
“iya…” ucap Dandi tersenyum lalu melangkah menuju tempat tidurku
“aku suapin ya” tawar Semy
“nggak, aku aja” bantah Dandi seperti anak kecil
“aku” bantah Semy tak mau kalah
“aku”balas Dandi yang juga tak mau mengalah
“udah-udah, biar aku makan sendiri” jawabku menengahi
“yakin mau makan sendiri” goda Semy
“apa sih…?” ucapku malu
“biasanyakan kalo makan sendiri belepota” ledek Dandi. Karena malu ditertawakan Dandi dan Semy akhirnya aku pun mengelitiki mereka berdua dan ruangan itu pun mejadi penuh dengan canda tawa.
***
Seminggu lebih Dandi, Semy, dan aku selalu bersama dan aku merasakan ada yang berbeda dengan Dandi dan Semy aku merasa mereka saling mencintai, walau aku tau Semy masih bersamaku, tapi aku yakin mereka mempunya perasaan itu. Saat itu aku, Dandi, dan Semy sedang bercanda, tapi tiba-tba kepalaku sangat pusing.
“aa…au” jeritku dengan tangan kanan yang memegang kepala dan tangan kiri memegang tangan Semy dengan erat
“kamu kenapa…? Dokter…!!” teriak Semy kebingungan
“jangan… aku mau kalian di sini, nemenin aku” ucapku menahan Semy yang ingin pergi mencari dokter
“ok… aku nggak akan pergi tapi aku mau kamu tiduran” ucap Semy menenangkanku
“Sem…” ucapku masih menutup mata dan menarik tangan Semy
“Dandi…” tambahku membuka mata dan menyatukan tangan Semy dan Dandi
“kak…” ucap Dandi menatapku tak mengerti
“aku tau kalau kalian punya rasa itu, aku tau kalau, kalian sangat sayang padaku.” Ucapku berhenti sejenak dan meneteskan air mata
“mas… tolong jaga Dandi, sayangi dia seperti kamu menyayangiku bahkan lebih dari itu” ucapku menatap Semy
“kamu tu ngomong apa sih…? Udah ya aku mohon” pinta Semy menataku iba
“nggak mas… kali ini aja. Dinda mohon” bantahku berderai air mata
“Dandi… kakak bangga sama kamu. Sekarang kamu adalah seorang perempun yang santu, yang mngerti agama, yang selalu memikirkan perasaan orang lain. Kakak mau kamu jaga bunda, sayangi bunda, cintai bunda karena kakak tau sebenarnya kamu sayang sekali dengan bunda” ucapku menatap Dandi yang meneteskan air mata
“kak…” ucap Dandi menagis kebingungan
“satu lagi, ja..jangan lu…lupain a..a.ku” ucapku lalu menutup mata
“kakak………..!!!!!!!!!” teriak Dandi histeris
“kakak bangun…… jangan tinggalin Dandi… dokter……!!!” tambah Dandi tak henti-henti menangis. Tak lama dokter pun datang lalu menyuruh Dandi dan Semy keluar dari ruanganku. Beberapa menit kemudian dokter keluar.
“gimana keadaan kakak saya dok…?” tanya Dandi panik
“maaf kami sudah berusaha semaksimal mungkin” ucap dokter sambil menggelangkan kepala. Dandi yang tak menyangka akan kepergianku pun menangis histeris dan Semy hanya bisa meminjamkan bahunya. Sedang kan bundaku hanya memejamkan mata sejenak lalu meneteskan air mata.
Semenjak kejadian itu Dandi menjadi perempuan yang sangat santun, lemah lembut, dan tegar. Sedangkan Semy dia selalu datang kemakamku, untuk meminta izin atas hubungan mereka. Dari sini aku belajar apa itu cinta, cinta adalah suatu perasaan yang terletak dalam hati yang tak pernah bisa diungkapkan. Dan sekarang aku udah nemuin cintaku yaitu kebahagian Dandi dan Semy.
*TAMAT*
========================================
===============
post by: http://modelbunyukaltim.blogspot.com
Daftar harga Promo online Lensa Canon datascrip
BalasHapusCANON EF 100-400mm f/4.5-5.6L IS USM Rp.7.150.000,-
CANON EF 100mm f/2 USM Rp.1.900.000,-
CANON EF 100mm f/2.8 Macro USM Rp.2.350.000,-
CANON EF 100mm f/2.8L Macro IS USM Rp.3.700.000,-
CANON EF 135mm f/2.8 SoftFocus Rp.1.900.000,-
CANON EF 135mm f/2L USM Rp.3.750.000,-
CANON EF 14mm f/2.8L II USM Rp.9.500.000,-
CANON EF 15mm f/2.8 Fisheye Rp.4.100.000,-
CANON EF 16-35mm f/2.8L II USM Rp.6.800.000,-
CANON EF 17-40mm f/4L USM Rp.3.300.000,-
CANON EF 180mm f/3.5L Macro USM Rp.6.200.000,-
CANON EF 200mm f/2.8L II USM Rp.3.300.000,-
CANON EF 20mm f/2.8 USM Rp.2.050.000,-
CANON EF 24-105mm f/4L IS USM Rp.4.900.000,-
CANON EF 24-70mm f/2.8L USM Rp.6.100.000,-
CANON EF 24mm f/1.4L II USM Rp.7.400.000,-
CANON EF 24mm f/2.8 Rp.1.550.000,-
CANON EF 28-135mm f/3.5-5.6 IS USM Rp.2.050.000,-
CANON EF 28-300mm f/3.5-5.6L IS USM Rp.11.200.000,-
CANON EF 28mm f/1.8 USM Rp.2.050.000,-
CANON EF 35mm f/2 Rp.1.250.000,-
CANON EF 400mm f/5.6L USM Rp.5.150.000,-
CANON EF 50mm f/1.2L USM Rp.6.800.000,-
CANON EF 50mm f/1.4 USM Rp.1.600.000,-
CANON EF 50mm f/2.5 Compact Macro RP.1.400.000,-
CANON EF 70-200mm f/2.8L IS II USM Rp.9.700.000,-
CANON EF 70-200mm f/2.8L USM Rp.5.550.000,-
CANON EF 70-200mm f/4L IS USM Rp.5.300.000,-
CANON EF 70-200mm f/4L USM Rp.3.250.000,-
Bagi yang serius order sebelum kehabisan,untuk harga promo terbatas
TOKO PLANET DIGITALCANON melayani pengiriman seluruh Indonesia.
Melalui Via TIKI JNE KANTOR POS.CARA Pesan online CALL SMS 085229488511
PIN BB:2A90DC9D Belanja di tok0 kami transaksi aman no tipu tipu.
Alamat TOKO ITC CEMPAKA MAS JLN LETJEN SOEPRAPTO NO 28 JAKARTA PUSAT
Promo discond terbatas.